Artikel keren lainnya:
Sinopsis UTTARAN TV (http://navya07.blogspot.co.id/)
Kisah Uttaran : Meethi di Penjara Part 7
Aakash: Aku percaya padamu, tapi polisi membutuhkan bukti dan kita belum punya.
Ekadish: Bisakah kita bertiga menemukan jalan keluar dari teka-teki ini?
Aakash: Kita akan menemukan buktinya.
Aakadh berdo'a ke kuil, dia bicara dalam hati "Meethi tidak bersalah.
Kau tau itu karena kau bisa melihat segalanya, tapi aku tidak punya
bukti apapun untuk membuktikan kalau dia tidak bersalah. Aku sudah
berjanji padanya, aku akan membawanya keluar dari dalam penjara. Hanya
kau yang bisa menolongku. Tunjukkan jalannya padaku".
Aakash
keluar dari kuil, orang2 sedang merayakan holi disana. Aakash menyapa
seorang gadis kecil yang berdandan seperti dewi, Aakash secara tidak
sengaja melihat kearah cermin dari pedagang kaki lima, ia terkejut
melihat sosok Ambika di dalam cermin. Beberapa orang berlari saat hujan
turun, Ambika masih berdiri ditempatnya membersihkan bubuk holi dari
wajahnya. Ambika langsung berlari saat melihat Aakash.
Aakash: Ambika!
Aakash mengejar Ambika namun kehilangan jejaknya ditengah keramaian.
Ambika tersenyum melihat Aakash berlari kearah berlawanan.
Rathore mencoba menghubungi ponsel Mukhta tapi Mukhta sengaja menolak
panggilan masuknya. Rathore berdiri di tengah hujan dan mengamuk.
Rathore: Dewa,apa kau ingin kan? Apa masalahmu denganku? Kau merenggut
segalanya lagi dariku! Kau pasti bahagia sekarang melihat aku berdiri
disini sendirian!
Seseorang memayungi Rathore. Dia adalah Tapasya.
Tapasya: Kau tidak sendirian.
Rathore memeluk Tapasya.
Di kediaman Takhur, Tuan Takhur menelfon Mukhta dan memberitahu bahwa
Tapasya sudah kembali. Tapasya meninggalkan semua pekerjaannya (NGO) di
Amerika begitu dia mendengar kabar tentang Meethi.
Tapasya menyeduhkan kopi untuk Rathore.
Tapasya: Ambika adalah putrimu. Aku tau kau merasa sedih kehilangan
putrimu. Tapi aku mengenal Meethi. Dia bahkan tidak akan memikirkan hal
tersebut apalagi melakukannya. Dia adalah putrinya Ichcha.
Rathore:
Aku mempercayai Meethi. Tapi aku melihat mereka berkelahi dengan mata
kepalaku sendiri. Aku mendengar Ambika berteriak. Jika itu bukan Ambika,
aku juga akan memberikan pernyataan yang sama.
Jari Tapasya menyentuh teko.
Tapasya: Aw!
Rathore: Kenapa?
Tapasya: Tidak apa2. Terkadang apa yang kita lihat bukanlah yang sebenarnya. Apa yang kita dengar bukanlah kebenarannya.
Tapasya mengunjungi Meethi di kantor polisi.
Tapasya: Kau tidak bersalah. Ibu tau itu. Kau adalah putri yang
pemberani dari seorang ibu yang pemberani. Ibumu juga sudah menghadapi
banyak badai dalam hidupnya, tapi dia tidak pernah menyerah. Kuatkanlah
dirimu.
Tuan Takhur: Kebenarannya akan segera terungkap. Masa2 sulit
selalu ada, tapi kebohongan tidak akan berlangsung lama. Kau harus
menguatkan dirimu. Ini adalah ujian untukmu. Jangan khawatir.
Tapasya melihat lebam/luka goresan di tangan Meethi. Polisi wanita yang kejam itu mengetuk pintu dengan tongkatnya.
Polisi: Waktu kalian sudah habis.
Tapasya berjalan mendekatinya.
Tapasya: Seragam ini untuk melindungi masyarakat. Jika kau tidak bisa
berada di jalan yang benar, maka kau juga tidak akan bisa menghargai
seragam ini.
Polisi: Aku tidak pernah memakainya tanpa rasa hormat. Dan aku hanya mendukung kebenaran.
Tapasya: Aku tidak akan membiarkan jika putriku mendapatkan goresan
luka lagi. Aku sudah memainkan permainan yang kau mainkan sekarang ini
dimasa kecilku.
Polisi: Kau tidak bisa bicara seperti ini pada petugas kepolisian! Apa kau ingin masuk kedalam sel bersama wanita ini?
Tuan Takhur: Beberapa orang sepertimu terlalu menyombongkan seragam dan
mengancam masyarakat. Jangan lakukan itu untuk membuat kami takut
terhadapmu.
Tapasya: Meethi, jangan takut pada siapapun. Kita semua tau bahwa kebenaran akan muncul dihadapan semua orang.
Tapasya dan Tuan Takhur berjalan di koridor kantor polisi.
Tuan Takhur: Kebenarannya akan segera muncul dan Meethi akan dibebaskan.
Tapasya: Aku juga pernah melakukan banyak kesalahan dan seringkali
berbohong untuk membuktikan kebenaran sebagai kebohongan. Tapi aku
selalu kalah. Kebenaran akan selalu datang dengan mudah.
Mukhta berlari memeluk ibunya.
Mukhta: Aku sangat merindukan ibu. Lihat apa yang terjadi disini.
Tapasya: Maafkan ibu.
Mukhta: Meethi tidak bersalah bu.
Tapasya: Ibu tau itu. Dia adalah anak yang baik.
Tuan Takhur: Lebih baik jangan membicarakan masalah ini disini. Kita harus keluar.
Tapasya menghapus air mata Mukhta.
Tapasya: Sekarang serahkan saja pada ibumu ini.
LIKE FP INI UNTUK UPDATE SINOPSIS YA
DAFTAR SINOPSIS TERKAIT