Ekadish berjalan ke kuil kecil didalam rumah.
Ekadish : Terimakasih dewa, karena sudah menunjukkan jalan yang benar
kepada menantuku. Kau ada bersamaku disaat semua orang menentangku.
Berikan kekuatan pada menantuku agar dia bisa membawa kami keluar dari
masalah ini.
Ekadish berjalan kedalam rumah.
Ekadish : Ayo kita beritahu yang sebenarnya pada kedua putraku.
Meethi : Tidak bu, kedua putramu lebih mempercayai Ambika daripada
aku. Kali ini Kita berdua harus bertarung sama-sama tanpa mengatakan
apapun pada mereka.
Ekadish : Kau dan aku? Kita berdua? Kita harus mencari cara agar Ambika mengakuinya sendiri.
Ekadish melihat kearah kuil dan menunjukkannya pada Meethi.
Keluarga Chatterjee pergi berdo'a ke kuil di hari Shivrati. Setelah berdo'a di kuil, Ekadish memesan 9 gelas minuman.
Ekadish : Sesuai ritual, semua orang harus minum thandai (minuman
susu dengan rempah2). Aku sudah memintanya menambahkan bubuk tembakau
lebih banyak. Ini akan masuk kedalam kepalanya dan membuatnya
menceritakan yang sebenarnya.
Meethi : Bagaimana kalau dia jadi sakit?
Ekadish : Kau terlalu naif, ini tidak akan menyakiti siapapun.
Ekadish kemudian menyuruh Sankrant memberikannya pada
Ambika. Ekadish lalu menelfon Ambika dan mengiming2i nya sebuah
hadiah/cinderamata. Ambika sudah seperti orang mabuk saat menemui
Ekadish & Meethi. Mereka bertiga duduk di suatu tempat.
Ambika : Mana hadiah untukku? Pasti gelang.
Ekadish : Aku akan memberimu kalung emas kalau kau menjawabnya dengan benar.
Ambika : Aku bahkan bisa melenyapkan nyawa seseorang untuk itu.
Meethi mulai menyalakan tape recorder saat Ekadish menanyakan
kejadian di Shimla, tapi Ambika belum menjawabnya dengan jelas, ia malah
menari-menari tidak karuan.
Meethi : Lupakan saja kalau kau tidak ingat. Kau ingat kejadian kipas angin? Kau yang melakukannya bukan?
Ambika : Aku yang melakukannya!
Tapi Ambika malah menceritakan kejadian saat dia masih kecil lagi,
bagaimana dia menaruh cabai didepan kipas seorang guru yang tidak dia
sukai. Ambika tertawa sampai terpeleset dari tempat duduknya. Ekadish
sudah bersiap-siap memukul Ambika dengan ranting/kayu, Meethi
menghentikannya.
Ekadish kemudian mengambil segelas minuman lagi, Ambika meneguknya sampai habis.
Meethi : Siapa yang mengirimkan pesan singkat dari ponsel Akash waktu di Shimla?
Ambika memberi jawaban tidak nyambung lagi, dia menceritakan
bagaimana Ekadish tidak mau memberikannya perhiasan. Ekadish mengulangi
pertanyaan Meethi.
Ambika : Aku minta mobil pada ayah tapi dia memberiku sepeda. Aku minta Akash tapi dia memberikan Sankrant.
Meethi : Dia tidak akan mengatakan apapun sekarang bu. Tidak ada guna bertanya padanya. Ayo kita pulang.
Meethi membantu Ambika berjalan.
Ambika : Kau fikir aku akan mengatakan yang sebenarnya dibawah
pengaruh tembakau? Kau adalah anak kecil dan ibu mertua adalah guru
Ambika masih merasa pusing dan muntah-muntah akibat minuman kemarin,
Sankrant mengira Ambika sedang hamil, Ambika pun mengiyakannya dan
memanfaatkan situasi itu agar Meethi & Ekadish tidak berani
mendekatinya lagi dan Sankrant akan menuruti semua keinginannya. Ekadish
memberikan alat test kehamilan karena Ambika menolak untuk dibawa ke
dokter. Ambika menggunakan lipstick untuk membuat garis merah yang
menandakan positif hamil.
Di dalam kamar, Meethi menunjukkan foto yang dia ambil
saat dia tersesat dihutan kepada Akash. Meethi memperlihatkan foto papan
penunjuk jalan yang menghadap ke kiri, Meethi mengatakan kalau Ambika
lah yang melakukannya, tapi Akash tidak percaya, Mr. rathore yang sedang
berkunjung untuk menemui Meethi ikut mendengar penjelasan Meethi, mulai
dari sini Mr. rathore merasa bahwa Meethi membenci Ambika.
Meethi diam-diam mengikuti Ambika ke rumah sakit, ia melihat Ambika
menyogok seorang suster untuk membuat surat pernyataan positif hamil
yang palsu, Meethi pun merekamnya dengan ponsel miliknya. Meethi masuk
kedalam ruangan itu dan menunjukkan rekamannya pada Ambika.
Meethi : Permainanmu sudah berakhir Ambika Chatterjee.
Aku tidak menyangka kau bisa melakukan hal serendah ini. Kau menipu kami
dengan berbohong tentang kehamilanmu. Bukti ini akan mengungkap wajah
aslimu dihadapan semua orang.
Ambika : Kau salah paham. Meethi : Cukup Ambika! Jangan berbohong lagi!
Meethi memaksa Ambika untuk pulang, namun Ambika berhasil kabur
dengan cara melemparkan piring bubuk holy ketika mereka sedang melewati
kerumunan orang yang sedang merayakan hari holy. Meethi kehilangan jejak
Ambika.